PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG BIJI KLUWIH (ARTOCARPUS CAMANSI) DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI KARKAS AYAM KAMPUNG

Mawadda Warahma (2019) PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG BIJI KLUWIH (ARTOCARPUS CAMANSI) DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI KARKAS AYAM KAMPUNG. Undergraduate Theses thesis, Universitas Tadulako.

Full text not available from this repository.

Abstract

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpuscamansi) DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI KARKAS AYAM KAMPUNG S K R I P S I MAWADDA WARAHMA O 121 12 007 PROGRAM STUDI PETERNAKAN JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2019 PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpuscamansi) DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI KARKAS AYAM KAMPUNG S K R I P S I Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Peternakanpada Fakultas Peternakan dan PerikananUniversitas Tadulako Oleh: MAWADDA WARAHMA O 121 12 007 PROGRAM STUDI PETERNAKAN JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2019 RINGKASAN Mawadda Warahma (O 121 12 007). Pengaruh Pemberian Tepung Biji Kuwih (Artocarpus camansi) dalam Ransum terhadap Produksi Karkas Ayam Kampung. (Burhanuddin Sundu dan Nova Rugayah, 2019) Biji kluwih belum banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak, padahal mengandung komponen zat kimia dan kandungan gizi yang lengkap diantaranya karbohidrat 52,7 gr dan protein 9,8 gr. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung biji kluwih dalam ransum terhadap produksi karkas ayam kampung. Penelitian ini menggunakan 80 ekor ayam kampung (DOC), kandang penelitian yang digunakan sebanyak 20 unit, dimana tiap unit diisi 4 ekor ayam kampung. Perlakuan yang dicobakan adalah sebagai berikut: R0 = tanpa penggunaan tepung biji buah kluwih, R1 = penggunaan tepung biji kluwih 2 ?lam ransum, R2 = penggunaan tepung biji kluwih 4 ?lam ransum, R3 = penggunaan tepung biji kluwih 6 ?lam ransum, R4 = penggunaan tepung biji kluwih 8 ?lam ransum. Peubah yang diamati yaitu bobot potong, persentase karkas, persentase komponen karkas, dan lemak abdominal. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap bobot potong, persentase karkas, persentase komponen karkas, dan lemak abdominal. Kesimpulannya bahwa penggunaan tepung biji kluwih (Artocorpus camansi) dapat diberikan dalam ransum ayam kampung sampai level 8% tanpa mempengaruhi bobot potong dan bobot karkas ayam kampung. Kata kunci : Ayam Kampung, Tepung Biji Kluwih, Karkas KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Sang Maha segalanya, Maha pengasih dan penyayang yang telah memberikan cinta tak terhingga, nikmat yang tak pernah berujung. Terima kasih dan sembah sujud kepada baginda Rasulullah SAW, atas segala perjuangan dan amanah yang tak pernah padam hingga akhir zaman. Terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan untuk kedua orang tua tercinta Papa Takdir Lawila dan Mama Nizar Makawali atas curahan kasih sayang, bimbingan dan mendidik dengan penuh kesabaran serta doanya yang selalu dipanjatkan di selah-selah kesibukan kalian. Serta tak lupa untuk suamiku tercinta Mudatsir M.A. Lapadjere dan anakku tercinta Mu’iz Arizky atas motivasi serta dukungan moral maupun materil yang sangat luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan juga buat adik-adikku tercinta Umu Sakina, Ahmad Zamzani, Mutmaina, Moh. Zikri, Hafizatul ma’wa, terima kasih atas dukungan yang kalian berikan sehingga menjadi penyemangat untuk penulis. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing utama Bapak Prof. Ir. Burhanudin Sundu, M.Sc.Ag, Ph.D dan pembimbing anggota Ibu Dr. Ir. Nova Rugayah, MES yang senantiasa mengingatkan dan memberikan waktu untuk membimbing dan menuntun penulis sejak awal pengajuan judul sampai penyelesaian skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Pemberian Tepung Biji Kluwih (Artocarpus camansi) dalam Ransum terhadap Produksi Ayam Kampung”. Ucapan terima kasih dan penghargaan juga penulis haturkan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Mahfudz, MP, selaku Rektor Universitas Tadulako. 2. Bapak Prof. Ir. Burhanudin Sundu, M.Sc.Ag, Ph.D, selaku Dekan, beserta seluruh wakil dekan Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Ketua dan Sekertaris Jurusan Peternakan seluruh staf pengajaran Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan dan Perikanan Universtas Tadulako, yang dengan sepenuh hati telah mendidik penulis selama mengikuti pendidikan. 3. Bapak Dr. Ir. Yudi Mujayin, MP sebagai Dosen wali penulis yang turut memberikan saran dan motivasi dalam penulisan skripsi ini. 4. IbuProf. Dr. Ir. Asriani asanuddin, M.S, Ibu Ir. Sri Sarjuni, M.Si dan Ibu Nuun Marfuah, S.Pt.,M.Si selaku dosen penelaah yang telah memberikan saran dan kritikan yang membangun kepada penulis. 5. Kepada segenap Dosen minat unggas Ir. Sri Sarjuni, M.Si, Dr.Ir Hafsah, Prof. Dr. Ir. Abd. Main Labaso, MS,Dr. Ir. Selvy Mozin, M.Sc, Ibu Nuun Marfuah, S.Pt M.Si, Ir. Rizal Y. Tantu, M.Si, Dr. Ummiani Hatta, S.Pt., M.P, Dr. Andi Pertiwi, S.Pt.,M.Si. 6. Kepada rekan sepenelitianku Isra terima kasih telah membangun kerja sama yang baik selama penelitian, juga buat Ka Iswan, Ka Hendarto, Ka Rosdianto S.Kom, Dedi Siswanto terima kasih atas dukungannya, baik dalam keadaan suka maupun duka. 7. Rekan- rekan seperjuangan, Wulan, S.Pt, Nelam Malini,S.Pt, Utami Komala Dewi, Risna S.pt, Safrudin, Moh. Rizal, I Made Yoga Parwata,S.Pt, Nur Said,S.Pt, Rofik Fitrianto, Taufik Hidayat, Moh.Ramadhan serta segenap angkatan 2012 yang telah bersama-sama merasakan suka dan duka dalam menuntut ilmu di Jurusan Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako. Penulis menyadari tanpa bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak skripsi ini tidak dapat terselesaikan, Upaya memberikan yang terbaik telah dilakukan secara optimal dalam penulisan skripsi ini, namun kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amiin Palu, Juli 2019 Penulis DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN iv RINGKASAN v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xi DAFTAR LAMPIRAN xii BAB 1. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Tujuan Penelitian 2 1.3. Manfaat Penelitian 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 3 2.1.Deskripsi Tanaman Kluwih (Artocarpus camansi) 3 2.2.Deskripsi Ayam Kampung 7 2.3.Kebutuhan Nutrisi Ayam Kampung 10 2.4.Nilai Nutrisi Tepung Kluwih 11 2.5.Karkas 12 2.6.Hipotesis 13 BAB 3. METODE PENELITIAN 14 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 14 3.2 Materi Penelitian 14 3.2.1 Ternak Penelitian 14 3.2.2 Kandang Penelitian 14 3.2.3 Indukan dan Lampu Penerang 14 3.2.4 Timbangan 15 3.2.5 Obat-obatan dan Vaksin 15 3.2.6 Ransum Penelitian 15 3.3 Pembuatan Tepung Biji Kluwih 16 3.4 Variabel Pengamatan 17 3.4.1 Bobot Potong 17 3.4.2 Persentase Karkas 17 3.4.3 Persentase Komponen Karkas (%) 17 3.4.4 Persentase Lemak Abdominal (%) 17 3.5 Rancangan Penelitian 18 3.6 Analisis Data 18 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4.1. Hasil 19 4.1.1.Pengaruh Perlakuan Terhadap Bobot Potong Ayam Kampung 19 4.1.2.Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase Karkas Ayam Kampung 19 4.1.3. Pengaruh Perlakuan Terhadap Presentase Komponen Karkas Ayam Kampung 20 4.1.4. Pengaruh Perlakuan Terhadap Presentase Lemak Abdominal 20 4.2. Pembahasan 21 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 24 5.1. Kesimpulan 24 5.2. Saran 24 DAFTAR PUSTAKA 25 LAMPIRAN 29 RIWAYAT HIDUP 40 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3-1 Kandungan Nutrien Penyusun Ransum........................................ 15 3-2 Komposisi dan Kandungan Nutrisi Ransum Percobaan................ 16 4-1 Rataan Bobot Potong Ayam Kampung (g/ekor) ............................ 19 4-2 Rataan Persentase Karkas Ayam Kampung (%)............................. 20 4-3 Rataan Persentase Komponen Karkas Ayam Kampung (%) ......... 20 4-4 Rataan Persentase Lemak Abdominal (%) .................................... 21 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2-1 Buah dan Biji Kluwih(Artocarpus camansi) 3 3-1 Pembuatan Tepung Biji Kluwih(Artocarpus camansi) 16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Data rataan dan perhitungan ragam bobot potong (g/ekor) Ayam Kampung yang diberi ransum mengandung tepung biji kluwih (artocarpus camansi) ............................................... 29 Lampiran 2. Data rataan dan perhitungan ragam persentase karkas (%) Ayam Kampung yang diberi ransum mengandung tepung biji kluwih (artocarpus camansi) ............................................... 30 Lampiran 3. Data rataan dan perhitungan ragam persentase komponen karkas bagian dada (%) Ayam Kampung yang diberi ransum Mengandung tepung................................................................... 31 Lampiran 4. Data rataan dan perhitungan ragam persentase komponen karkas bagian punggung (%) Ayam Kampung yang diberi ransum mengandung tepung biji kluwih (artocarpus camansi)..................................................................................... 32 Lampiran 5. Data rataan dan perhitungan ragam persentase komponen karkas bagian paha atas (%) Ayam Kampung yang diberi ransum mengandung tepung biji kluwih (artocarpus camansi).................................................................................... 33 Lampiran 6. Data rataan dan perhitungan ragam persentase komponen karkas bagian paha bawah (%) Ayam Kampung yang diberi ransum mengandung tepung biji kluwih (artocarpus camansi) ............. 34 Lampiran 7. Data rataan dan perhitungan ragam persentase komponen karkas bagian sayap (%) Ayam Kampung yang diberi ransum mengandung tepung biji kluwih (artocarpus camansi) ............... 35 Lampiran 8. Data rataan dan perhitungan ragam persentase lemak abdominal (%) Ayam Kampung yang diberi ransum mengandung tepung biji kluwih (artocarpus camansi) ............... 36 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam kampung adalah salah satu ternak unggas yang mempunyai peran penting sebagai penghasil telur dan daging. Kendala pertumbuhan ayam kampung antara lain yaitu laju pertumbuhan yang lambat, produksi telur yang sedikit dan sifat mengeram yang tinggi, serta pemberian pakan belum sesuai dengan kebutuhan baik kualitas maupun kuantitasnya. Ayam kampung disamping mempunyai kekurangan juga memiliki kelebihan antara lain kemampuan adaptasi terhadap lingkungan, resistensi terhadap penyakit tinggi, tidak memilih pakan yang diberikan. Pakan merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha peternakan sebabpersentase biaya pakan sekitar 60-70?ri biaya produksi, karena itu penggunaan pakan dapat seefisien mungkin untuk menekan biaya produksi. Sebagian bahan pakan bersaing penggunaannya dengan manusia, sehingga menyebabkan harga pakan menjadi mahal. Oleh karenanya diusahakan mencari bahan pakan yang mudah diperoleh, murah, tidak bersaing dengan manusia, namun tidak mengurangi zat gizi yang terkandung dalam Ayam Kampung. Salah satu alternatifyang dapat dimanfaatkan adalah biji kluwih (Artocarpus camansi). Kluwih (Artocarpus camansi) merupakan tanaman tahunan yang mudah ditemukan di Indonesia dan mudah beradaptasi pada lingkungan dengan kondisi yang kurang menguntungkan. Akan tetapi, potensi tanaman kluwih belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Tanaman kluwih (Artocarpus camansi) khususnya di Sulawesi Tengah digunakan masyarakat pada bagian buahnya sebagai sayuran. Selain itu bagian buahnya terdapat satu bagian dari kluwih yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal yaitu biji. Biji kluwih dimanfaatkan sebagian masyarakat sebagai bahan olahan yang sederhana yaitu sebagai olahan rebusan. Biji kluwih (Artocarpus camansi) merupakan salah satu jenis tanaman yang berkhasiat bagi kesehatan, karena mengandung komponen zat kimia dan kandungan gizi yang lengkap. Biji kluwih memiliki nutrisi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan biji nangka. Biji kluwih memiliki kandungan karbohidrat 52,7 gram dan protein 9,8 gram, dibandingkan biji nangka dengan kandungan karbohidrat 36,7 gram dan protein 4,2 gram (Lestari, 2016). Berdasarkan uraian di atas, maka telah dilaksanakan penelitian tentang “Pengaruh Pemberian Tepung Biji Kluwih (Artocarpus camansi) dalam RansumTerhadap Produksi Karkas Ayam Kampung”. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan di lakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung biji kluwih dalam ransum terhadap produksi karkas ayam kampung. 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk mengembangkan potensi peternakan ayam kampung, dengan pemanfaatan tepung biji kluwih dalam ransum. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Kluwih (Artocarpus camansi) Gambar 2-1 Buah dan Biji Kluwih (Artocarpus camansi) Kluwih (Artocarpus camansi) merupakan tanaman tahunan yang mudah ditemukan di Indonesia dan mudah beradaptasi pada lingkungan dengan kondisi yang kurang menguntungkan. Produksi buah dari satu tanaman kluwih yang tidak dibudidayakan secara intensif dapat mencapai 250 buah per tahun. Rata-rata setiap buah berisi 30 biji. Satu pohon yang tumbuh baik dapat menghasilkan 700 buah dengan rata-rata 60 butir biji per buah, sehingga potensi produksi buah identik dengan 42.000 biji per pohon. Bila rata-rata berat tiap biji kluwih sama dengan 7 gram, maka setiap pohon mampu menghasilkan biji sebanyak 294 kg per tahun. Namun, masyarakat Indonesia masih belum banyak memanfaatkan biji kluwih dan hanya membuang biji kluwih tersebut. Potensi ini tentu sangat sayangjika disia-siakan. Oleh karena itu, perlu adanya pengolahan lebih lanjut dari biji kluwih, yang salah satunya dapat dijadikan tepung. Tanaman kluwih tumbuh kuat, relatif rimbun mirip tanaman sukun. Tanaman kluwih mudah dibudidayakan didaerah tropis. Selain itu memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi untuk hidup ditempat yang kurang menguntungkan(Pitojo, 2005). Tanaman kluwih telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat antara lain sebagai berikut : 1. Kluwih termasuk tanaman bergetah, hamper semua bagian tanaman dapat mengeluarkan getah, sejak dari bunga, buah, daun, ranting, cabang, batang, maupun akarnya. Pada waktu dahulu getah kluwih dimanfaatkan sebagai perangkap burung. 2. Daun kluwih yang telah tua dapat digunakan sebagai pakan ternak serta daun kluwih yang telah tua juga dapat digunakan sebagai pembungkus buah blimbing. 3. Kayu tanaman kluwih tidak keras, berserat kasar, kadang-kadang dimanfaatkan sebagai bahan dalam pembuatan perangkat rumah tangga sederhana 4. Buah kluwih mudah dimanfaatkan sebagai aneka sayur. Sementara buah kluwih yang tua diambil bijinya sebagai bahan pangan atau digunakan sebagai benih Asal-usul kluwih diperkirakan dari kepulauan Nusantara sampai Papua. Tanaman ini mengikuti migrasi suku-suku Austronesia sekitar 2000 tahun sebelum Masehi.kluwih menyebar ke Jawa dari Maluku, Karena pengaruh kolonisasi bangsa-bangsa Eropa, tanaman ini lalu menyebar ke barat antara tahun-tahun 1750-1800 ke Malaysia, India, Srilangka, Mauritius, dan pada 1899 tiba di Afrika. Kini kluwih telah menyebar luas di berbagai belahan dunia terutama di lingkar tropis. Kluwih menyukai iklim tropis, dengan kondisi suhu panas (20-40?C), banyak hujan (2000-3000 mm pertahun), dan lembab (lengas nisbi 70-90%), dan lebih cocok di dataran rendah, di bawah 600 mdpl, meski dijumpai sampai sekitar 1500 mdpl. Anakan pohon lebih baik tumbuh di bawah naungan, namun kemudian membutuhkan matahari penuh untuk tumbuh besar. Meskipun kebanyakan kultivarnya akan tumbuh dengan baik pada tanah-tanah aluvial yang subur,dan berdrainase baik, akan tetapi variasi kemampuannya sangat besar.Maka adavarietas-varietas yang tumbuh baik di tanah berawa, tanah kapur, dan lain-lain (Pitojo, 2005). Ekstrak buah kluwih juga berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas (Arif, dkk. 2018). Berdasarkan susunan taksonomi tanaman Kluwih (Artocarpus camansi) menurut (Yuwono,2016) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Sub Kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Dilleniidae Ordo : Urticales Famili : Moraceae (sukunangka-nangkaan) Genus : Artocarpus Spesies : Artocarpus camansi (Park.) Fsb Nama Umum : Kluwih Kluwih memiliki morfologi tanaman sebagai berikut : Akar tanaman kluwih adalah akar tunggang, berkayu, berbentuk bulat, berwarna cokelat kehitam-hitaman. Kulit relatif mudah terkelupas,beraroma spesifik, dan mudah mengeluarkan getah. Tinggi tanaman dapat mencapai 10-20 m, pada ujung cabang dan ranting tanaman tumbuh tunas pucuk sepanjang 10-20 cm. Buah kluwih merupakan buah majemuk, berbentuk tandan, dengan garis tengah antara 10-20 cm, berduri pendek, dan berwarna hijau. Di dalam buah terdapat biji berbentuk ginjal, panjang 3-5 cm, berwarna cokelat kehitaman, baik buah dan bijinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan sayur. Sementara buah kluwih yang tua diambil bijinya sebagai bahan pangan atau digunakan sebagai benih. Buah kluwih mirip sukun, bedanya kluwih berkulit kasar dan memiliki biji, Sementara sukun berkulit lebih halus dan tidak berbiji (Novary, 1999). Biji kluwih yang sudah tua dijual dalam bentuk matang yaitu di rebus, makanan ini banyak ditemui di daerah pedesaan. Buah kluwih banyak mengandung karbohidrat. Menurut (Suryaningsih, 1993) tingginya kandungan karbohidrat dalam kluwih disebabkan tingginya kandungan yang tersimpan dalam sel parenkim daging buah. Sedangkan menurut (Atik, 2013) bahwa kluwih mengandung 2,23% serat dan seratnya mirip dengan serat daging sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas dan memenuhi kriteria abon yang baik. Biji kluwih memiliki banyak Kandungan gizi yang cukup tinggi namun belum diketahui luas oleh masyarakat sehingga pemanfaatan biji kluwih masih sangat terbatas(I Gede, dkk. 2018). Biji kluwih memiliki banyak kandungan nutrisi yang belum diketahui masyarakat, terutama berguna bagi pelaku diet. Kandungan asam sianida (HCN) relatif rendah sehingga cukup aman bila dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Bentuk dan ukuran biji relatif kecil sehingga ideal untuk dikelola dan mudah disimpan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa nilai gizi biji kluwih setara dengan gandum sehingga berpotensi sebagai pengganti tepung gandum. Nilai gizi yang tinggi dan harga yang relatif murah menjadikan biji kluwih berpotensi sebagai bahan makanan sumber protein nabati untuk mencukupi kebutuhan gizi dalam masyarkat. Kandungan gizi pada biji kluwih cukup tinggi sehingga dianjurkan untuk dikonsumsi pediet. Proteinnya lebih tinggi dibandingkan nangka. Kandungan miasin (asam mikotinak), potas, dan karbohidrat kluwih lebih tinggi dibandingkan dengan yang terdapat pada kacang-kacangan. Kluwih merupakan sumber unsur potas, besi, kalsium, dan fosfor yang baik serta kaya akan mineral esensial. Kandungan lemak kluwih juga lebih tinggi dibandingkan lemak pada buah, biji, dan sayur. Daging, kulit, dan bagian tengah buah kluwih banyak mengandung mineral dan karbohidrat(Pitojo, 2005). 2.2 Deskripsi Ayam Kampung Ayam kampung atau ayamburas (bukan ras) sudah banyak dikenal oleh masyarakat dan banyak dibudidayakan dipedesaan, karena perawatannya tergolong mudah, daya tahan hidupnya cukup tinggi, adaptasi lingkungan dan makanan mudah serta banyak digemari oleh masyarakat karena baik daging maupun telurnya memiliki cita rasa yang lebih disukai dibandingkan ayam ras (Krista dan Harianto, 2010). Ayam kampung disebut juga ayam sayur atau ayam berkeliaran (Ertiningsi, 1993) atau ayam bukan ras(Buras). Ayam yang ada diIndonesia kemungkinan diturunkan dari bangsa ayam hutan spesies Galus-galus (Mansjoer dkk, 1985). Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam hutan yang telah dijinakkan. Klasifikasi adalah salah satu pengelompokan jenis-jenis ternak berdasarkan persamaan dan perbedaan karakteristik. Supriatno, dkk(2005) mengemukakan taksonomi ayam kampung didalam dunia hewan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Supbhilum : Vertebrat Class : Aves Sub Class : Neornithes Ordo : Galiformess Genus : Gallus Species : Galus Domestikos. Menurut data Badan Pusat Statistik(BPS) secara nasional pada tahun 2016 populasi ayam kampung atau ayam buras baru mencapai 298.672.970 ekor, sementara populasi ayam ras sudah mencapai 1.592.669.402 ekor. Rendahnya tingkat populasi ayam kampung disebabkan oleh beberapa faktor seperti tingkat pertumbuhannya yang relatif lambat bila dibandingkan dengan ayam ras. Bila ayam kampung ini dibudidayakan secara intensif dengan pemberian pakan yang baik dan teratur, pertumbuhan ayam jauh lebih cepat dibandingkan dengan pola pemeliharaan ala kadarnya atau padang umbaran (Krista dan Harianto, 2010). Ayam kampung banyak di jumpai di daerah pedesaan, hampir semua rumah tangga di pedesaan memeliharanya, hal ini di sebabkan latar belakang pemeliharaannya hanya sekedar usaha sampingan, tujuannya untuk diambil daging dan telurnya serta dijual pada waktu membutuhkan. Menurut hasil penelitian Subekti dan Arlina (2011) bahwa ayam kampung jantan dan betina memiliki sifat-sifat kualitatif dan beberapa sifat kuantitatif yang masih bervariasi. MenurutSayuti (2002) konsumen lebih menyukai daging ayam kampung, karena daging ayam kampung memiliki kualitas yang lebih baik, lebih padat, rasanya lebih gurih, kandungan lemak dan kolestrolnya rendah serta kandungan proteinnya tinggi. Ayam kampung juga memiliki nilai ekonomis berdasarkan hasil analisis biaya dan keuntungan usaha ternak ayam kampung memberikan keuntungan yang cukup memadai (Saptana, 2014). Menurut Ramdani (2016) Produktivitas ayam Kampung tergolong rendah karena masih menggunakan sistem pemeliharaan yang belum maksimal yaitu secara ekstensif maupun semi intensif. Sistem pemeliharaan ekstensif yaitu ayam dibiarkan tanpa dikandangkan, pakan yang dimakan berasal dari hasil mencari sendiri. Begitupun dengan pemeliharaan secara semi intensif, perbedaan terletak di sore hari ternak tersebut dimasukkan ke kandang. Sistem pemeliharaan intensif dapat meningkatkan produktivitas ayam Kampung. Sistem pemeliharaan intensif yaitu ayam dipelihara sejak umur ayam satu hari (Day Old Chick), dikandangkan, pakan serta minum diberikan sesuai kebutuhan nutrisi sampai akhir masa pemeliharaan. Hasil akhir dari pemeliharaan berupa karkas yang diharapkan dapat menghasilkan karkas berkualitas baik dan dapat diterima oleh konsumen. Apabila karkas yang dihasilkan tinggi maka nilai ekonomisnya pun akan tinggi. Dengan demikian, karkas digunakan sebagai tolak ukur produktivitas ternak potong. Ada beberapa alasan para peternak memilih beternak ayam kampung karena ayam kampung lebih tahan terhadap penyakit,mudah di pelihara, mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan tidak mudah stress. 2.3 Kebutuhan Nutrisi Ayam Kampung Menurut Resnawati dan Bintang (2010) ransum merupakan salah satu peran penting yang mempengaruhi pertumbuhan. Oleh karena itu ransum yang diberikan harus memenuhi persyaratan secara kualitas dan kuantitas. Ransum berkualitas harus mengandung nutrien yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan umur dan tujuan pemeliharaan. Ransum yang sempurna dengan kandungan zat-zat nutrisi yang seimbang akan memberikan hasil yang optimal. Penyusun ransum ayam kampung pada prinsipnya sama dengan ransum ayam ras, yaitu sama dengan kandungan gizi sesuai dengan kebutuhan ayam agar pertumbuhan daging dan produksi telur sesuai dengan yang di harapkan (Sinurat,1991). Novianti, dkk, (2015) menyatakan bahwa ransum yang berkualitas baik adalah ransum yang memenuhi syarat-syarat kecukupan kandungan zat-zat makanan, terutama protein, energi, vitamin dan mineral. Zat makanan dalam ransum tersebut harus dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk pertumbuhannya, Oleh karena itu kandungan zat-zat yang merugikan seperti serat kasar dan anti nutrisi lainnya dalam ransum yang dapat merugikan dan menghambat pemanfaatan zat makanan dalam tubuh unggas, diusahakan serendah mungkin agar pemanfaatannya dapat optimal. Bahan baku ransum dikelompokkan kedalam karbohidrat dan lemak sebagai sumber energi, sumber protein baik nabati maupun hewani, hasil sampingan industri pertanian, sumber mineral, suplemen ransum yang mengandung unsur nutrien seperti asam amino, vitamin dan mineral mikro,dan juga air (Tangendjadja, 2007). Menurut Wahyu (2004) ransum yang berkualitas baik berpengaruh pada proses metabolisme tubuh ternak, sehingga ternak dapat menghasilkan daging yang sesuai dengan potensinya. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam formulasi ransum ayam adalah kebutuhan protein, energi, seratkasar, Ca, dan P. Keseimbangan antara protein (asam amino esensil) dan energi metabolis dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi telur ayam buras (Iskandar dan Resnawati, 1999). Daging ayam kampung merupakan salah satu komoditi peternakan yang dibutuhkan untuk memenuhi protein hewani asal ternak, dimana protein dagingnya mengandung susunan asam amino yang lengkap, Namun daging dari ayam kampung pada umumnya harganya lebih mahal dari daging broiler, sedangkan bobotnya lebih rendah (Sri, 2013). Zat makanan yang diberikan pada ayam berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok ayam, membentuk sel-sel jaringan tubuh serta menggantikan bagian-bagian yang rusak (Santoso, 1995). Rasyaf (2006) mengatakan bahwa bobot badan dipengaruhi oleh kualitas dan kuntitas ransum yang dikonsumsi. 2.4 Nilai Nutrisi Tepung Biji Kluwih Menurut hasil penelitian Sukatiningsih (2015), tepung kluwih mengandung komponen kimia yang lengkap sehingga biji kluwih dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak karena dalam setiap biji kluwih per 100 g mengandung 247 kal, kadar air 67 %, karbohidrat 27,2 g, lemak 5,9 g, protein 9,8 g, serat 2 g, abu 2,3 g, vit A 26 Si, niasin 4,4 mg, asam pantotenik 0,9 mg, vit C 6,6 mg, riboflavin 0,3 mg, thiamin 0,48 mg, kalsium 53 mg, tembaga 0,75 mg, besi 6,2 mg, magnesium 100 mg, mangan 0,45 mg, fosfor 268 mg, potassium 1.620 mg, sodium 2 mg dan zink 1,3 mg.Minyaknya kaya akan palmitat 21,4 %, 12,4 ?n asam linolenat 14,8 %. Oleh karena itu, dengan banyaknya kandungan gizi yang terdapat dalam biji kluwih tentunya sangat berkhasiat bagi makhluk hidup termasuk ternak unggas seperti ayam kampung. Karena pada prinsipnya macamzat gizi yang dibutuhkan ayam kampung yaitu Protein, Vitamin, Energi, (Karbohidrat dan lemak), Mineral dan Air. Menurut Yuwono (2016) berdasarkan hasil penelitian bahwa komposisi kandungan nutrisi gizi pada 100 gram kluwih adalah sebagai berikut : energi 111 kilokalori, protein 9,8 gram, karbohidrat 27,2 gram, lemak 5,9 gram, kalsium 53 mg. 2.5 Karkas Karkas adalah bagian tubuh unggas bersama kulit setelah dipotong dan di buang bulu, lemak abdominal,organ dalam, kaki, kepala, leher dan darah, kecuali paru-paru dan ginjal (Rizal,2006). Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum pemotongan, antara lain: genetik, spesies, bangsa, tipe ternak,jenis kelamin, umur, dan ransum serta proses setelah pemotongan yaitu: pelayuan, stimulasi listrik, metode pemasakan, pH karkas, bahan tambahan termasuk enzim pengempukan daging, hormon, antibiotik, lemak intramuscular atau marbling, metode penyimpanan, macam otot daging (Abubakar dkk, 1991). Presentasi karkas tidak banyak berpengaruh terhadap kualitas karkas, namun penting pada penampilan ternak sebelum dipotong. Pembeli ternak akan memperkirakan nilai karkas dari penampilan ternak sewaktu ternak tersebut masih hidup. Faktor yang mempengaruhi presentasi karkas adalah konformasi tubuh dan derajat kegemukan. Ternak yang gemuk, presentase karkasnya tinggi dan umumnya berbentuk tebal seperti balok (Haris, 1997). 2.6 Hipotesis Semakin tinggi level penggunaan Tepung Biji Kluwih (Artocarpus camansi) dalam ransum, Semakin tinggi produksi karkas ayam kampung. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kandang percobaan Fakultas Peternakan dan Perikanan di Sibalaya.Penelitian dimulai pada tanggal 23 Oktober sampai dengan 30 Desember 2017. 3.2 Materi Penelitian 3.2.1 Ternak Penelitian Penelitian ini menggunakan 80 ekor ayam kampung (DOC) yang diperoleh dari salah satu pembibitan yang ada dipulau Jawa. 3.2.2 KandangPenelitian Kandang penelitian yang digunakan sebanyak 20 unit. Setiap unit kandang dibatasi oleh dinding yang terbuat dari kayu, dengan ukuran panjang 70 cm, lebar 60 cm, dan tinggi 60 cm/petak. Tiap unit kandang dilengkapi satu buah tempat pakan kapasitas 1 kg dan tempat minum kapasitas 0,8 liter, dalam tiap unit kandang diisi 4 ekor ayam kampung. 3.2.3 Indukan dan Lampu Penerang Pada petakan kandang diberi lampu pijar dengan daya 40 watt yang berfungsi sebagai induk buatan dan penerang pada malam hari. Lampu sebagai sumber panas dikurangi setiap minggunya sesuai dengan umur ternak, Selanjutnya lampu hanya digunakan sebagai penerang pada malam hari. 3.2.4 Timbangan Timbangan yang digunakan adalah timbangan berkapasitas 5 kg dengan skala ketelitian 1 gram untuk menimbang ayam, karkas, komponen karkas, pakan, sisa pakan serta lemak abdominal. 3.2.5 Obat-obatan dan Vaksin Pencegahan penyakit New Castle Disease digunakan vaksin Hitcner B1 yang diberikan pada saat ayam berumur 14 hari. 3.2.6 Ransum Penelitian Bahan pakan yang digunakan dalam penyusunan ransum terdiri dari jagung kuning, dedak halus, tepung kedelai, tepung ikan, dan tepung biji kluwih. Adapun kandungan nutrien penyusun ransum yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3-1. Tabel 3-1 Kandungan Nutrien Penyusun Ransum Bahan Ransum Kandungan Nutrien PK (%) SK (%) LK (%) EM (kkal/kg) Jagung Kuning 9,041 2,011 4,71 3.3702 Dedak Halus 12,361 15,071 6,761 1.6302 Tepung Kedelai 37,461 4,531 14,391 3.5102 Tepung Ikan 56,841 1,021 3,91 3.0802 TepungBijiKluwih 15,933 6,793 2,123 3.3783 Sumber: Wahyu (2004)2 Sarjuni (2006)1 Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (2015) 3 Tabel 3-2 Komposisi dan Kandungan Nutrisi Ransum Penelitian Bahan Pakan Perlakuan R0 R1 R2 R3 R4 Jagung Giling (%) Dedak Padi (%) Tepung Ikan (%) Kedele (%) Tepung Biji Kluwih(%) Premix 50 23 15 11 0 1 48 23 14.5 11.5 2 1 46 23.5 14.5 11 4 1 44 23.5 13.5 12 6 1 42 23.5 13 12.5 8 1 Total 100 100 100 100 100 KandunganNutrium EM (kkal/kg) Protein Kasar (%) Serat Kasar (%) Lemak Kasar (%) 2908 20.01 5.12 6.07 2910.35 20.05 5.23 6.12 2901.15 20.06 5.38 6.08 2905.65 20.01 5.51 6.19 2908 20.04 5.62 6.24 3.3 Pembuatan Tepung Biji Kluwih Adapun cara pembuatan tepung biji kluwih tertera pada gambar dibawah ini : Gambar 3-1 Pembuatan Tepung Biji Kluwih (Artocarpus camansi) 3.4 Variabel Pengamatan 3.4.1 Bobot Potong Bobot potong ayam penelitian diperoleh dengan cara menimbang ayam,sebelum dipotong ayam tersebut telah dipuasakan selama 8 jam. Setelah dipotong, ayam tersebut digantung dengan posisi kepala di bawah dan kaki diatas sehingga darahnya lebih cepat keluar. 3.4.2 Persentase Karkas Persentase karkas diperoleh dari perbandingan bobot karkas dengan bobot hidup dikalikan 100.Karkas dihitung setelah dikeluarkan isi perut, kaki, leher, kepala, bulu, darah dan kualitas karkas juga ditentukan pada saat pemotongan(Zuidhofet al. 2004). 3.4.3 Persentase Komponen Karkas (%) Komponen karkas terdiri dari bagian dada, punggung, sayap, paha atas dan paha bawah. Komponen karkas dihitung dalam bentuk persentase berdasarkan perbandingan antara bobot masing-masing komponen karkas dengan bobot karkas dikalikan 100 (Jensen, 1981). Persentase komponen karkas yang diukur yaitu persentase komponen karkas bagian dada. 3.4.4 Persentase Lemak Abdominal (%) Lemak abdominal adalah lemak yang terdapat di sekeliling ampela, usus, otot daerah perut, bursa fabrisius dan kloaka (Witantra, 2011). Lemak abdominal yang diambil yaitu lemak yang terdapat pada bagian gizzard, usus dan seluruh lemak yang berada dalam rongga perut. Persentase lemak abdominal merupakanperbandingan antara bobot lemak abdominal dengan bobot hidup dikalikan 100 (Yuniarti, 2011). 3.5 Rancangan Penelitian Penelitian inidirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang dicobakan adalah sebagai berikut: R0 = tanpa penggunaan tepung biji buah kluwih R1 = penggunaan tepung biji buah kluwih 2?lam ransum R2 = penggunaan tepung biji buah kluwih 4?lam ransum R3 = penggunaan tepung biji buah kluwih 6?lam ransum R4= penggunaan tepung biji buah kluwih 8?lam ransum 3.6 Analisis Data Data yang diperoleh dari semua peubah yang diamati akan dianalisis secara statistik menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006) sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan. Adapun model statistiknya adalah sebagai berikut : Keterangan : Yij = Nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j ? = Rata-rata umum pengamatan ?i = Pengaruh perlakuan ke-i ?ij = Eror/galat percobaan i = Banyaknya perlakuan (R0, R1, R2, R3 dan R4) j = Banyaknya ulangan (1, 2, 3 dan 4) Apabila hasil analisis keragaman menunjukan pengaruh yang nyata terhadap perlakuan maka akan dilanjutkan dengan uji BNJ (Beda Nyata Jujur). BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Bobot Potong Ayam Kampung Hasil penelitian terhadap rataan bobot potong ayam kampung dari masing-masing perlakuan selama penelitian tertera pada Tabel 4-1 Hasil analisis ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa pemberian tepung biji kluwih dalam ransum memberikan pengaruh yangtidak nyata (P>0,05) terhadap rataan bobot potong ayam kampungselama penelitian. Tabel 4-1 Rataan Bobot Potong Ayam Kampung (g/ekor) Ulangan Perlakuan R0 R1 R2 R3 R4 1 1121 1039 1067 1098 1114 2 1008 1105 1116 1093 1105 3 1142 1038 1142 1109 1051 4 1046 1024 1093 1113 1148 Jumlah 4317 4206 4418 4413 4418 Rataan 1079 1052 1105 1103 1105 4.1.2. Pengaruh Perlakuan terhadap Persentase Karkas Ayam Kampung Hasil penelitian terhadap rataan persentase karkas ayam kampung dari masing-masing perlakuan selama penelitian tertera pada Tabel 4-2 Hasil analisis ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa pemberian tepung biji kluwih dalam ransum memberikan pengaruh yangtidak nyata (P>0,05) terhadap rataan persentase karkas ayam kampung selama penelitian. Tabel 4-2 Rataan Persentase Karkas Ayam Kampung (%) Ulangan Perlakuan R0 R1 R2 R3 R4 1 62,5 62,9 62,4 62,8 63,5 2 62,4 63,5 63,1 63,2 63,5 3 63,8 62,1 62,9 63,9 62,4 4 63,0 62,6 62,8 63,0 62,6 Jumlah 251,70 251,10 251,20 252,90 252,00 Rataan 62,93 62,78 62,80 63,23 63,00 4.1.3. Pengaruh Perlakuan terhadap Persentase Komponen Karkas Ayam Kampung Hasil penelitian terhadap rataan persentase komponen karkas ayam kampung dari masing-masing perlakuan selama penelitian tertera pada Tabel 4-3 Hasil analisis ragam (Lampiran 3) menunjukan bahwa pemberian tepung biji kluwih dalam ransum memberikan pengaruh yangtidak nyata (P>0,05) terhadap seluruh komponen karkas ayam kampung bagian dada, punggung, paha atas, paha bawah dan sayap. Tabel 4-3 Rataan Persentase Komponen Karkas Ayam Kampung (%) Komponen Perlakuan R0 R1 R2 R3 R4 Dada 27,16 27,16 27,06 27,34 27,24 Punggung 26,55 26,40 26,32 26,55 26,38 Paha atas 15,47 15,66 15,68 15,55 15,63 Paha bawah 15,40 15,39 15,51 15,27 15,42 Sayap 15,43 15,39 15,44 15,30 15,34 4.1.4.Pengaruh Perlakuan terhadap Persentase Lemak Abdominal Hasil penelitian terhadap rataan persentase lemak abdominal dari masing-masing perlakuan selama penelitian tertera pada Tabel 4-4 Hasil analisis ragam (Lampiran 8) menunjukan bahwa pemberian tepung biji kluwih dalam ransum memberikan pengaruh yangtidak nyata (P>0,05) terhadap lemak abdominal ayam kampung dari masing-masing perlakuan. Tabel 4-4 Rataan Persentase Lemak Abdominal (%) Ulangan Perlakuan Total R0 R1 R2 R3 R4 1 0,18 0,29 0,28 0,27 0,54 2 0,50 0,45 0,27 0,27 0,45 3 0,44 0,29 0,35 0,36 0,38 4 0,29 0,39 0,09 0,27 0,17 Jumlah 1,41 1,42 0,99 1,17 1,54 6,53 Rataan 0,35 0,36 0,25 0,29 0,39 4.2. Pembahasan Pada Tabel 4-1 terlihat rataan bobot potong ayam kampung tertinggi diperoleh perlakuan R2 (1105 g/ekor) dan R4(1105 g/ekor), selanjutnya diikuti perlakuan R3(1103 g/ekor), R0(1079 g/ekor), dan yang terendah pada perlakuan R1(1052 g/ekor).Pada penelitian ini nilai rataan bobot potong yang diperoleh berkisar antara 1.052 – 1105 g/ekor. Hal ini diduga karena kandungan nutrisi ransum, terutama protein dan energi dari semua pakan yang di berikan relatif sama. Pada Tabel 4-2 terlihat rataan persentase karkas ayam kampungtertinggi diperoleh perlakuan R3 (63,28%), selanjutnya diikuti perlakuan R4 (63,00%),R0 (62,93%), R2 (62,80%), dan yang terendah pada perlakuan R1 (62,78%).Pada penelitian ini nilai rataan persentase karkas yang diperoleh berkisar antara 62,78 – 63,23 %. Hal ini dikarenakan bobot potong ayam kampung yang diperoleh relatif sama. Hal ini sesuai dengan Soeparno (2005) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi persentase bobot karkas adalah bobot hidupnya. Hal lain tidak adanya pengaruh nyata terhadap persentase karkas disebabkan oleh bobot potong ayam yang hampir seragam antar perlakuan sehingga persentase karkas yang didapatkan hampir sama. Menurut Soeparno (1994) bahwa laju pertumbuhan yang ditandai dengan adanya pertambahan bobot badan, akan mempengaruhi bobot potong yang dihasilkan, dan selanjutnya bobot potong tersebut akan berpengaruh pula pada persentase karkas. Berdasarkan Tabel 4-3 terlihat bahwa komponen karkas bagian dada tertinggi diperoleh pada perlakuan R3, diikuti perlakuan R4, R0, R1 dan R2.Persentase bobot dada yang diperoleh adalah R0 (27,16%), R1 (27,16%), R2 (27,06%), R3 (27,34%), dan R4 (27,24%). Hal ini sesuai dengan pendapat Resnawati (2004) persentase bobot dada akan bertambah seiiring dengan bertambah bobot badan dan bobot karkas. Persentase potongan komponen karkas ayam kampung yang dihasilkan dari penelitian ini yaitu dada 27,06-27,34%, punggung 26,32-26,55%, paha atas 15,47-15,68%, paha bawah 15,27-15,51%, dansayap 15,30-15,43%, Persentase dari setiap potongan komponen karkas ayam kampung sangat berhubungan dengan persentase karkas (Herdiwiyoto, 1992). Selanjutnya Mountney dan Parkhust (1995) menyatakan bahwa semakin tinggi bobot karkas, maka semakin berat bobot potongan-potongan karkasnya, namun yang paling tinggi bobotnya adalah bagian dada dibandingkan dengan punggung, paha, dan sayap, karena bobot potong ayam kampung yang diperoleh dalam penelitian ini relatif sama, maka presentase karkas juga relatif sama. Berdasarkan rataan Tabel 4-4 dapat terlihat bahwa lemak abdominal ayam kampung yang tertinggi pada perlakuanR4 (0,39%), di ikuti R1 (0,36%), R0 (0,35%), R3 (0,29%), dan R2 (0,25%).Pada penelitian ini nilai rataan persentase lemak abdominal yang diperoleh berkisar antara 0,25 -0,39%. Hal ini disebabkan kandungan energi ransum yang sama, berakibat pada konsumsi ransum yang sama, sehingga tingkat penimbunan energi dalam tubuh dalam bentuk lemak tubuh sama antar perlakuan (Soeparno, 1998). Jumlah pakan yang dikonsumsi akan menentukan jumlah zat gizi yang dikonsumsi. Menurut Martoharsono (2000), energi yang dikonsumsi apabila tidak digunakan untuk beraktivitas akan ditimbun sebagai glikogen dalam hati. Kemungkinan disebabkan oleh kandungan nutrien terutama kandungan protein dan energi metabolisme yang sama dalam ransum sehingga perlakuan memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap persentase lemak abdominal. Lesentra (1984) menyatakan bahwa lemak abdominal berasal dari kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk lemak yang terkumpul dalam rongga perut. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan tepung biji kluwih (Artocarpus camansi) dalam ransum memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap produksi karkas ayam kampung. Penggunaan tepung biji kluwih (Artocarpus camansi) dapat diberikan dalam ransum ayam kampung sampai level 8% tanpa mempengaruhi bobot potong dan bobot karkas ayam kampung. 5.2 Saran Perlu diteliti lebih lanjut sejauh mana penggunaan tepung biji kluwih (Artocarpus camansi) dalam ransum ayam kampung dapat digunakan, sehingga diketahui secara maksimal penggunaannya. DAFTAR PUSTAKA Abubakar, C., H. Sirait, dan N. Cahyadi, 1991. Kondisi Rumah potong Ayam di P. Jawa. Fakultas Pertanian Universitas Jendral Sudirman, Purwokerto Arif, M., Rahman, N. dan Supriadi, 2018. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Kluwih(Artocarpus communis).Jurnal Akademika Kimia Pendidikan Kimia/FKIP Universitas Tadulako, Palu. Volume, 7, No. 2 : 85-90 Atik F. Z., 2013. Eksperimen Pembuatan Abon Keong Sawah dengan Substitusi Kluwih dan Penggunaan Gula yang Berbeda. Food Science and Culinary Education Journal 2 (2) Jurusan Teknik Jasa Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Ertiningsi, T., 1993. Perbandingan Karakteristik Karkas dari Ayam Pedaging dan Ayam Kampung. Fakultas Pertanian Institute Pertanian, Bogor Haris, A., 1997. Pengaruh Imbangan Protein Dari Strain Yang Berbeda Teradap Berat Karkas Dan Lemak Abdominal Pada Ayam Pedaging. Skripsi Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara, Medan Haryadi, D., 2007. Pengaruh Pemanfaatan Bakteri Penghasil Fitase (Pantoea Agglomerans) Dalam Ransum Terhadap Kualitas Karkas Ayam Broiler. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta. Herdiwiyoto, S., 1992. Kimia dan Teknologi Daging Unggas. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi . Universitas Gajah Mada, Yogyakarta I Gede, Y.W.Y, I Made M.W., dan Ni Putu S., 2018. Studi Pengaruh Ph Awal Media Dan Konsentrasi Substrat Pada Proses Fermentasi Produksi Bioetanol Dari Hidrolisat Tepung Biji Kluwih (Actinocarpus Communis) Dengan Menggunakan Saccharomyces Cerevisiae. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri Fakultas Teknologi Pertanian Unud, Bali. ISSN: 2503-488X, Vol. 6. No. 2 : 115-124 Iqbal, F., U Atmomarsono., dan R.Muryani, 2012. Pengaruh Berbagai Frekuensi Pemberipengaruh Berbagai Frekuensi Pemberian Pakan dan Pembatasan Pakan Terhadap Efisiensi Penggunaan Protein Ayam Broiler.Animal Agricultural Journal, Semarang. Vol. 1. No. 1, 2012, p 53 – 64 Iskandar, S., dan H. Resnawati,1999. Potensi daging Ayam Kampung yang Diberi Ransum Berbeda Protein.Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. Universitas Diponegoro, Semarang. Vol. 4 (1) : 28 – 34 Jensen, J.F.,1981. Method of Disection of Broiler Carcas and Description of Part Printed at Papwoths Pendagron. Press Everad, Denmark Krista, B., dan Harianto, B., 2010. Buku Pintar Berternak dan Bisnis Ayam Kampung.Penerbit Agromedia, Jakarta Lestari, D.P.Y., 2016. Pertumbuhan Bakteri (Bacillus subtitis) pada Media Biji Nangka dan Biji Kluwih sebagai Subtitusi Media NA (Nurient agar). Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiya, Surakarta Mansjoer, S., 1985. Pengkajian Sifat – sifat Produktifitas Ayam Kampung Serta Persilangan Dengan Rote Islan.Fakultas Pasca Sarjana, IPB, Bogor Martoharsono, S., 2000. Biokimia. Jilid 2. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Mattjik, A.A., dan Sumertajaya, I.M., 2006. Perancangan Percobaan, dengan Aplikasi SAS dan Minitab.IPB Press , Bogor Mountney, G.J., and Parkhust, 1995. Teknologi Produk Unggas. Edisi Ketiga. The Haworth Press Inc, New York Novary, W., 1999. Penanganan dan Pengolahan Sayuran Segar.Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta Novianti, S., Adriani, Andayani, J., Filawati dan Erina, S., 2015. Peningkatan Produktivitas Ayam Kampung Melalui Pemanfaatan Dedak Fermentasi dengan Probio Fm di Dusun Air Sempit Desa Simpang Tiga Kecamatan Hamparan Rawang Kota Sungai Penuh.Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Volume 30, Nomor 3 Pitojo, S., 2005. Budidaya Tanaman Kluwih. PenerbitKansius, Yogyakarta Ramdani, I., Kardaya, D., dan Anggraeni, 2016. Pengaruh Subtitusi Pakan Komersil Dengan Tepung Ampas Kelapa Terhadap Bobot Potong Dan Bobot Karkas Ayam Kampung.Jurnal Peternakan Nusantara, Bogor. ISSN 2442-2541 Volume 2 Nomor 1 Rasyaf, M., 2006. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya, Jakarta Resnawati, H., 2004. Bobot Potongan Karkas dan Lemak Abdomen Ayam Ras Pedaging yang diberi Ransum Mengandung Tepung Cacing Tanah (Lumbricus Rubellus). Seminar Nasional teknologi Peternakan dan Veteriner, Balai Peternakan Ternak Ciawi, Bogor. Resnawati, H., dan A.K. Bintang, 2010. Kebutuhan Pakan Ayam Kampung Pada Periode pertumbuhan. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal. Balai Penelitian Ternak, Bogor Rizal, Y., 2006.Ilmu Nutrisi Unggas. Andalas University Press, Yogyakarta Santoso, 1995. Limbah Bahan Ransum Nasional.Bhrata kaya aksara, Jakarta Saptana, dan Tike, S., 2014. Manajemen Rantai Pasok Komoditas Telur Ayam Kampung.Jurnal Manajemen & Agribisnis, Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian dan Balai Penelitian Ternak, Bogor. Vol. 11, No. 1 Sayuti, R., 2002. Prospek Pengembangan Agribisnis Ayam Buras Sebagai Usaha Ekonomi dipedesaan.Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi, Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementrian Pertanian, Bogor. Vol. 20, No. 1 Sinurat, A.P., 1991. Penyusunan Ransum Ayam Buras.Wartazoavol 1 (2): 1-4 Balai Penelitian Ternak Sri, H.C.D., 2013. Kualitas Kimia Daging Ayam Kampung dengan Ransum Berbasis Konsentrat Broiler. Jurnal Agri Sains Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana, Yogyakarta. Vol. 4 No. 6 Soeparno,1994. Ilmu Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta Soeparno, 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan Ketiga, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Soeparno, 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Subekti, K., dan Arlina, F., 2011. Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Kampung di Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang. Vol. XIV No. 2 Sukatiningsih, 2015. Sifat Fisikokimia dan Fungsional Pati Biji Kluwih(Artacarpus camansi). Jurnal Jurusan Teknologi Hasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jember. Vol. 6 no. 3 : 163 – 169 Supriatno, E., U.Atmomarsono, R. Kartosudjono, 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta Suryaningsih, W., 1993. Pengaruh Tingkat Penambahan Nangka Muda dan Kluwih dalam Pembuatan Dendeng Sapi terhadap Mutu Produk,Politehnik Pertanian Universitas Jember Tangendjadja, B., 2007. Inovasi Teknologi Pakan Menuju Kemandirian Usaha Ternak Unggas.Balai Penelitian Ternak, Bogor Ulfah, M., 2005. Minyak essesiil sebagai suatu aditif pakan multi fungsi untuk meningkatkan performan broiler, metabolisme, konsistensi kotoran dan efisiensi produksi. Jurnal Ilmu- Ilmu Peternakan Brawijaya 18 (2): 81-89 Yunan, J., Urip, Anas F.W., dan Maruni W.D., 2017. Media Alami untuk Pertumbuhan Jamur Candida Albicans Penyebab Kandidiasis dari Tepung Biji Kluwih (Artocarpus Communis).Jurnal Kesehatan Prima Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Mataram. Volume, 11, No.2, : 158-170 Yuniarty, D., 2011. Persentase Berat Karkas dan Berat Lemak Abdominal Broiler Yang Diberi Ransum Mengandung Tepung Daun Katuk (Sauropus androgynus), Tepung Rimpang Kunyit (Curcuma domestica) dan Kombinasinya. Universitas Hasanuddin, Makassar Yuwono, S.S., 2016. Tanaman Kluwih (Artocarpus camansi). Tersedia : http:// darsatop. lecture.ub.ac.id /2016/03/ kluwih-3/html, di akses pada Senin 27 Februari 2017 Wahyu,2004. Cara Pemberian dan Penyusunan Ransum Unggas.Fakultas Pertanian Istitut Pertanian Bogor, Bogor Witantra, 2011. Pengaruh Pemberian Lisin dan Metionin Terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Pada Ayam Pedaging Asal Induk Bibit Muda Dan Induk Bibit Tua.Artikel Ilmiah, Universitas Airlangga, Surabaya Zuidhof, M.J.R., H. Mcgovern, B.L. Schneider, J.J.R. Feddes, F.E. Robinson, and D.R. Korver, 2004. Implications Of Preslaughter Feeding Cues For Broiler Behavior and Carcass Quality Livestock Development Division, Pork, Poultry and Dairy Branch, Alberta Agriculture, Food and Rural Development.Poultry Res. 13:335–34 LAMPIRAN Lampiran 1. Data rataan dan perhitungan ragam bobot potong (g/ekor) Ayam Kampung yang diberi ransum mengandung tepung Biji Kluwih (Artocarpus camansi) Ulangan Perlakuan Total R0 R1 R2 R3 R4 1 1121 1039 1067 1098 1114 2 1008 1105 1116 1093 1105 3 1142 1038 1142 1109 1051 4 1046 1024 1093 1113 1148 Jumlah 4317 4206 4418 4413 4418 21772 Rataan 1079 1052 1105 1103 1105 Perhitungan: Faktor Koreksi (FK) = (21772)2 = 23700999,200 20 JK Total = (1121)2 + (1008)2 +.......+ (1148)2– FK = 32738,800 JK Perlakuan = (4317)2 + (4206)2 +........+ (4418)2 - FK = 8736,300 4 JK Eror = JK Total – JK Perlakuan = 24002,500 Daftar sidik ragam: Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung F Tabel 0.05 0.01 Perlakuan 4 8736,300 2184,075 1,365ns 3.06 4.89 Eror 15 24002,500 1600,167 Total 19 32738,800 Keterangan : ns = Tidak berpengaruh nyata (P>0,05) Lampiran 2. Data rataan dan perhitungan ragam persentase karkas (%) Ayam Kampung yang diberi ransum mengandung tepung Biji Kluwih (Artocarpus camansi) Ulangan Perlakuan Total R0 R1 R2 R3 R4 1 62,5 62,9 62,4 62,8 63,5 2 62,4 63,5 63,1 63,2 63,5 3 63,8 62,1 62,9 63,9 62,4 4 63,0 62,6 62,8 63,0 62,6 Jumlah 251,70 251,10 251,20 252,90 252,00 1258,90 Rataan 62,93 62,78 62,80 63,23 63,00 Perhitungan: Faktor Koreksi (FK) = (1258,90)2 = 79241,461 20 JK Total = (62,5)2 + (62,4)2 +.........+ (62,6)2– FK = 4,749 JK Perlakuan = (251,70)2 + (251,10)2 +......+ (252,00)2 - FK = 0,527 4 JK Eror = JK Total – JK Perlakuan = 4,223 Daftar sidik ragam: Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung F Tabel 0.05 0.01 Perlakuan 4 0,527 0,132 0,468ns 3.06 4.89 Eror 15 4,223 0,282 Total 19 4,749 Keterangan : ns = Tidak berpengaruh nyata (P>0,05) Lampiran 3. Data rataan dan perhitungan ragam persentase komponen karkas bagian dada (%) Ayam Kampung yang diberi ransum mengandung tepung Biji Kluwih (Artocarpus camansi) Ulangan Perlakuan Total R0 R1 R2 R3 R4 1 26,97 26,83 26,8 27,17 27,36 2 27,29 27,32 27,31 27,69 27,34 3 27,07 27,26 26,77 27,15 26,51 4 27,31 27,23 27,35 27,34 27,76 Jumlah 108,64 108,64 108,23 109,35 108,97 543,83 Rataan 27,16 27,16 27,06 27,34 27,24 Perhitungan: Faktor Koreksi (FK) = (543,83)2 = 14787,553 20 JK Total = (26,97)2 + (27,292 +.........+ (27,76)2 - FK = 1,722 JK Perlakuan = (108,64)2 + (108,64)2 +........+ (108,97)2 - FK = 0,175 4 JK Eror = JK Total – JK Perlakuan = 1,546 Daftar sidik ragam: Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung F Tabel 0.05 0.01 Perlakuan 4 0,175 0,044 0,425ns 3.06 4.89 Eror 15 1,546 0,103 Total 19 1,722 Keterangan : ns = Tidak berpengaruh nyata (P>0,05) Lampiran 4. Data rataan dan perhitungan ragam persentase komponen karkas bagian punggung (%) Ayam Kampung yang diberi ransum mengandung tepung Biji Kluwih (Artocarpus camansi) Ulangan Perlakuan Total R0 R1 R2 R3 R4 1 26,82 26,07 26,36 26,73 26,81 2 26,34 26,47 26,3 26,4 26,63 3 26,8 26,64 26,37 26,74 26,2 4 26,25 26,43 26,23 26,33 25,87 Jumlah 106,21 105,61 105,26 106,20 105,51 528,79 Rataan 26,55 26,40 26,32 26,55 26,38 Perhitungan: Faktor Koreksi (FK) = (528,79)2 = 13980,943 20 JK Total = (26,82)2 + (26,34)2 +.........+ (25,87)2 - FK = 1,316 JK Perlakuan = (106,21)2 + (105,61)2 +........+ (105,51)2 - FK = 0,183 4 JK Eror = JK Total – JK Perlakuan = 1,134 Daftar sidik ragam: Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung F Tabel 0.05 0.01 Perlakuan 4 0,183 0,046 0,605 3.06 4.89 Eror 15 1,134 0,076 Total 19 1,316 Keterangan : ns = tidak berpengaruh nyata (P>0,05) Lampiran 5. Data rataan dan perhitungan ragam persentase komponen karkas bagian paha atas (%)Ayam Kampung yang diberi ransum mengandung tepung Biji Kluwih (Artocarpus camansi) Ulangan Perlakuan Total R0 R1 R2 R3 R4 1 15,60 15,85 15,61 15,61 15,28 2 15,46 15,59 15,75 15,35 15,58 3 15,33 15,58 15,93 15,42 15,96 4 15,48 15,61 15,43 15,83 15,70 Jumlah 61,87 62,63 62,72 62,21 62,52 311,95 Rataan 15,47 15,66 15,68 15,55 15,63 Perhitungan: Faktor Koreksi (FK) = (311,95)2 = 4865,640 20 JK Total = (15,60)2 + (15,46)2 +.........+ (15,70)2 - FK = 0,721 JK Perlakuan = (61,87)2 + (62,63)2 +........+ (62,52)2 = 0,122 4 JK Eror = JK Total – JK Perlakuan = 0,599 Daftar sidik ragam: Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung F Tabel 0.05 0.01 Perlakuan 4 0,122 0,030 0,761ns 3.06 4.89 Eror 15 0,599 0,040 Total 19 0,721 Keterangan : ns = tidak berpengaruh nyata (P>0,05) Lampiran 6. Data rataan dan perhitungan ragam persentase komponen karkas bagian paha bawah (%)Ayam Kampung yang diberi ransum mengandung tepung Biji Kluwih (Artocarpus camansi) Ulangan Perlakuan Total R0 R1 R2 R3 R4 1 15,31 15,7 15,61 15,32 15,28 2 15,46 15,31 15,46 15,35 15,16 3 15,33 15,26 15,53 15,14 15,81 4 15,48 15,29 15,43 15,25 15,41 Jumlah 61,58 61,56 62,03 61,06 61,66 307,89 Rataan 15,40 15,39 15,51 15,27 15,42 Perhitungan: Faktor Koreksi (FK) = (307,89)2 = 4739,813 20 JK Total = (15,31)2 + (15,46)2 +.........+ (15,41)2 - FK = 0,557 JK Perlakuan = (61,58)2 + (61,56)2 +........+ (61,66)2 - FK = 0,120 4 JK Eror = JK Total – JK Perlakuan = 0,437 Daftar sidik ragam: Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung F Tabel 0.05 0.01 Perlakuan 4 0,120 0,030 1,029 3.06 4.89 Eror 15 0,437 0,029 Total 19 0,557 Keterangan : ns = tidak berpengaruh nyata (P>0,05) Lampiran 7. Data rataan dan perhitungan ragam persentase komponen karkas bagian sayap (%) Ayam Kampung yang diberi ransum mengandung tepung Biji Kluwih (Artocarpus camansi) Ulangan Perlakuan Total R0 R1 R2 R3 R4 1 15,31 15,55 15,61 15,17 15,28 2 15,46 15,31 15,17 15,21 15,3 3 15,47 15,26 15,39 15,55 15,51 4 15,48 15,45 15,57 15,25 15,26 Jumlah 61,72 61,57 61,74 61,18 61,35 307,56 Rataan 15,43 15,39 15,44 15,30 15,34 Perhitungan: Faktor Koreksi (FK) = (307,56)2 = 4729,658 20 JK Total = (15,31)2 + (15,46)2 +.........+ (15,26)2 - FK = 0,382 JK Perlakuan = (61,72)2 + (61,57)2 +........+ (61,35)2 - FK = 0,059 4 JK Eror = JK Total – JK Perlakuan = 0,323 Daftar sidik ragam: Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung F Tabel 0.05 0.01 Perlakuan 4 0,059 0,015 0,682ns 3.06 4.89 Eror 15 0,323 0,022 Total 19 0,382 Keterangan : ns = tidak berpengaruh nyata (P>0,05) Lampiran 8. Data rataan dan perhitungan ragam persentase lemak abdominal (%) Ayam Kampung yang diberi ransum mengandung tepung Biji Kluwih (Artocarpus camansi) Ulangan Perlakuan Total R0 R1 R2 R3 R4 1 0,18 0,29 0,28 0,27 0,54 2 0,50 0,45 0,27 0,27 0,45 3 0,44 0,29 0,35 0,36 0,38 4 0,29 0,39 0,09 0,27 0,17 Jumlah 1,41 1,42 0,99 1,17 1,54 6,53 Rataan 0,35 0,36 0,25 0,29 0,39 Perhitungan: Faktor Koreksi (FK) = (6,53)2 = 2,132 20 JK Total = (0,18)2 + (0,50)2 +........+ (0,17)2– FK = 0,248 JK Perlakuan = (1,41)2 + (1,42)2 +........+ (1,54)2 = 0,049 4 JK Eror = JK Total – JK Perlakuan = 0,199 Daftar sidik ragam: Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung F Tabel 0.05 0.01 Perlakuan 4 0,049 0,012 0,927ns 3.06 4.89 Eror 15 0,199 0,013 Total 19 0,248 Keterangan : ns = tidak berpengaruh nyata (P>0,05) Jagung Kedelai Tepung Biji Kluwih Tepung Ikan Dedak Premix Gambar : Penimbangan Sisa Pakan Gambar : Penimbangan Doc Gambar : Ayam Kampung Dalam Kandang Gambar : Pencucian Tempat Minum Gambar : Pemisahan Komponen Karkas RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Mawadda Warahma dilahirkan di Lambara Kecamatan Palu Utara Provinsi Sulawesi Tengah pada tanggal 09Januari 1994 merupakan anak Pertama dari pasangan Bapak Takdir Lawila dan Nizar Makawali. Pekerjaan kedua orang tua adalah Ayah Sebagai Guru SMK dan Ibu sebagai Guru Mengaji. Pertama mengenyam bangku Sekolah Dasar pada tahun 2000 dan selesai pada tahun 2006 di SD Inpres Marantale. Pada tahun 2006 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 4 Ampibabo, dan selesai pada tahun 2009. Selanjutnya pada tahun 2009 melanjutkan pendidikan di SMK Negeri 1 Sigi Biromaru, Jurusan Peternakan Sidera, dan selesai pada tahun 2012. Kemudian pada tahun 2012 melanjutkan ke perguruan tinggi Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako Palu sampai sekarang. Penulis melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Peningka, Kecamatan Kasimbar, Kabupaten Parigi Moutong. Serta melaksanakan penelitian di kandang percobaan Fakultas Peternakan dan Perikanan di Sibalaya.

Item Type: Thesis (Undergraduate Theses)
Subjects: University Structure > Faculty of Animal Husbandry and Fisheries > Animal Husbandry
S1 - Undergraduate Thesis > Faculty of Animal Husbandry and Fisheries > Animal Husbandry
Divisions: Faculty of Animal Husbandry and Fisheries > Animal Husbandry
Tadulako Subject Areas > S1 - Undergraduate Thesis > Faculty of Animal Husbandry and Fisheries > Animal Husbandry
Depositing User: system estd estd
Date Deposited: 25 Jul 2019 07:03
Last Modified: 25 Jul 2019 06:35
URI: http://repository.untad.ac.id/id/eprint/562

Actions (login required)

View Item View Item