Arahan Mitigasi Bahaya Tanah Longsor Berdasarkan Tingkat Kerawanan Tanah Longsor Di Kecamatan Dolo Selatan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan arahan mitigasi bahaya
tanah longsor berdasarkan tingkat kerawanan tanah longsor di Kecamatan Dolo
Selatan dengan memanfaatkan citra landsat 8 dan sistem informasi geografis.
Penelitian ini menggunakan metode SAW (Simple Additive Weighting) untuk
mengetahui tingkat kerawanan tanah longsor. Adapun parameter yang digunakan
antara lain NDVI (Normalized Difference Vegetation Index), NDWI (Normalized
Difference Water Index), SAVI (Soil Adjusted Vegetation Index), kemiringan
lereng, dan curah hujan. Kemudian untuk mendapatkan arahan prioritas mitigasi
bahaya tanah longsor di Kecamatan Dolo Selatan dengan menggunakan kuesioner
yang selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis AHP (Analytical Hierarchy
Process).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kerawanan tanah longsor
di Kecamatan Dolo Selatan berdasarkan analisis SAW terbagi menjadi dua yakni
tingkat kerawanan tinggi dan tingkat kerawanan sedang. Kemudian berdasarkan
hasil analisis AHP yang menjadi prioritas 1 untuk arahan mitigasi bahaya tanah
longsor di Kecamatan Dolo Selatan yakni Pendidikan dan pelatihan SDM, prioritas
2 yakni pembentukan satuan tugas penanggulangan bencana, prioritas 3 yaitu
penanaman kembali pada area gundul dan berlereng curam, prioritas 4 pemetaan
daerah rawan tanah longsor, prioritas 5 memasang sistem peringatan dini, prioritas
6 pembuatan jalur dan rambu evakuasi, prioritas 7 pembuatan bangunan penahan
longsor, dan proritas 8 pembentukan lereng menjadi lebih landai.
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa walaupun memiliki
kondisi vegetasi yang masih tergolong baik akan tetapi yang menjadi faktor utama
terjadinya tanah longsor di wilayah ini adalah kondisi kemiringan lereng sangat
curam serta curah hujan yang tergolong sedang. Kemudian yang menjadi prioritas
utama untuk dilakukannya mitigasi bahaya tanah longsor di Kecamatan Dolo
Selatan yakni Pendidikan dan pelatihan SDM, prioritas kedua yakni pembentukan
satuan tugas penanggulangan bencana, prioritas ketiga yaitu penanaman kembali
pada area gundul dan berlereng curam, dan alternatif lain mengikutinya.