HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DAN PANJANG BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONGGALA

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DAN PANJANG BADAN LAHIR
DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONGGALA
Mymy Olfadiah*, Miranti**
* Mahasiswa Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Tadulako
** Departmen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Fakultas
Kedokteran Universitas Tadulako
ABSTRAK
Pendahuluan: Stunting adalah kondisi balita memiliki panjang badan atau tinggi
badan yang kurang jika dibandingkan dengan umurnya. Berdasarkan standar
pertumbuhan WHO dikatakan stunting jika nilai z-score tinggi badan menurut umur
(TB/U) kurang dari -2 standar deviasi (SD). Prevalensi stunting di Provinsi
Sulawesi Tengah sebesar 16,2?ngan prevalensi tertinggi di Kabupaten
Donggala sebesar 27,1%.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan berat badan lahir dan panjang badan lahir
terhadap kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di wilayah kerja puskesmas
Donggala
Metode: Jenis penelitian yaitu kuantitatif dengan desain penelitian observasional
secara analitik, dengan pendekatan case control. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan purposive sampling sampel pada penelitian ini yaitu
sebanyak 93 sampel untuk kelompok kasus dan 93 sampel untuk kelompok kontrol.
Analisis bivariat menggunakan uji statistik Chi-Square.
Hasil: Berdasarkan hasil yang didapatkan dengan nilai signifikansinya p=0,000
(p<0,05) dan nilai odds ratio (OR) sebesar 25,474 pada berat badan lahir dan nilai
signifikansinya p=0,000 (p<0,05) dengan nilai odds ratio (OR) sebesar 8,522 pada
panjang badan lahir.
Kesimpulan: Hasil yang didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara berat badan lahir dan panjang badan lahir dengan kejadian stunting pada
balita usia 24-59 bulan.
Kata Kunci: Stunting, Berat Badan Lahir, Panjang Badan Lahir