Iklim Purba Formasi Lisu Berdasarkan Kandungan Foraminifera Kecil Daerah Ako Dan Bambaira Kabupaten Pasangkayu Provinsi Sulawesi Barat

Berdasarkan kumpulan kandungan sedimen dunia, sejak 65 juta tahun yang lalu iklim bumi terus berubah, mulai dari kondisi paling hangat hingga paling dingin (Zachos, dkk. 2001). Ketika perubahan iklim terjadi maka dapat membawa perubahan secara signifikan terhadap agrikultur, migrasi, hingga peradaban (Saraswat, 2015). Ako dan Bambaira merupakan salah satu lokasi yang baik untuk mengetahui perubahan iklim dengan melihat kandungan fosil foraminifera planktonik dan bentonik dalam lapisan sedimennya. Metode penampang stratigrafi terukur telah dilakukan untuk mengetahui kondisi singkapan serta kandungan fosilnya. Litologi daerah penelitian tersusun atas satuan batulempung (calcareous claystone), batulanau (argilicceous limestone), batupasir (calcareous sandstone). Kelimpahan spesies Globigerinoides immaturus (LEROY); Globorotalia menardii (BOLLI) jadi penanda zona Globorotalia menardii – Globorotalia acostaensis (N.15-N.16), sedangkan kelimpahan Globorotalia tumida (BRADY); Globorotalia crassaformis (GALLOWAY dan WIESLER) jadi penanda zona Globorotalia humerosa – Globorotalia margaritae (N.17-N.18). Spesies Lenticulina orbicularis (D’ORBIGNY) hingga Dentalina extensa (ZHENG dan ZHANG) dengan nilai rasio P/B sebesar 2,5% - 57,4% menandakan lingkungan pengendapan Neritik Dalam-Luar. Gabungan kedua data itu dan kelompok foraminifera planktonik penciri iklim panas-hangat dengan nilai persentase relatif kurva berkisar antara (66%) – (-66%) jadi bukti bahwa perubahan iklim telah terjadi sepanjang Miosen Tengah sampai Pliosen Bawah.