KERENTANAN AIR TANAH TERHADAP INTRUSI AIR LAUT DI PESISIR TAIPA KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

Taipa adalah wilayah pesisir yang rentan terhadap intrusi air laut, suatu masalah yang disebabkan oleh pengambilan airtanah berlebih. Masalah ini dapat mempengaruhi perkembangan ekonomi, sosial, budaya, serta kuantitas dan kualitas airtanah di wilayah pesisir. Metode GALDIT digunakan untuk memetakan kerentanan intrusi air laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kondisi geologi dan kerentanan intrusi air laut di pesisir Taipa. Secara geomorfologi, daerah ini didominasi oleh dataran alluvial dengan delta sungai dan kipas alluvial, serta stratigrafi yang terdiri dari Endapan Alluvium, batuan sedimen yang belum terkonsolidasi dan terkait erat dengan proses pelapukan, erosi, dan sedimentasi. Lahan di daerah ini umumnya digunakan sebagai pemukiman.Hasil analisis dengan metode GALDIT menunjukkan tiga tingkat kerentanan: sangat tinggi, tinggi, dan sedang. Sebanyak 54,43% wilayah pesisir memiliki kerentanan tinggi hingga sangat tinggi, terletak di pesisir pantai Taipa, sementara 45,67% wilayah dengan kerentanan sedang terletak jauh dari pesisir. Secara umum, wilayah penelitian menunjukkan kerentanan airtanah terhadap intrusi air laut yang mulai tinggi, menandakan sebagian besar daerah pesisir Taipa telah terintrusi air laut. Penyebab utama kerentanan airtanah terhadap intrusi air laut di pesisir Taipa adalah tsunami tahun 2018 yang merusak struktur tanah, memungkinkan air asin meresap ke dalam akuifer. Gelombang tsunami juga memfasilitasi pergerakan air laut dan membawa sedimen ke dalam sistem akuifer. Selain itu, karakteristik geologis dan hidrogeologis, seperti batu pasir yang berpori tinggi, membuat daerah ini lebih rentan terhadap intrusi air laut karena permeabilitas yang tinggi memungkinkan pergerakan air asin.