Network Pharmacology Dan Uji Secara In Vitro Metabolit Sekunder Begonia Willemii Endemik Sulawesi Tengah Sebagai Kandidat Pengobatan Diabetes Tipe 2

Diabetes melitus masih menjadi gangguan metabolik yang memiliki prevalensi cukup tinggi di Indonesia yaitu sekitar 19,5 juta penderita. Pengobatan tradisional menjadi salah satu alternatif yang banyak dipilih masyarakat sebagai antidiabetes. Efek obat yang dihasilkan dari pengobatan tradisional umumnya berasal dari senyawa metabolit sekunder yang terkandung, salah satunya dengan tumbuhan Begonia willemii. Tumbuhan Begonia willemii dimungkinkan memiliki aktvitas sebagai antidiabetes dengan cara menghambat enzim ?-glukosidase. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jalur aktivitas farmakologi senyawa yang terkandung dalam tumbuhan Begonia willemii hasil LC-MS/MS terhadap penyakit diabetes tipe 2, kemudian melihat potensi interaksinya dengan reseptor dan dilakukan uji secara in vitro. Penelitian ini dilakukan dengan ekstraksi tanaman Begonia willemii menggunakan etanol 96%, pencarian senyawa dan reseptor potensial secara network pharmacology dan metode moleculer docking dipertegas dengan uji in vitro pada ekstrak Begonia willemii terhadap enzim ?-glukosidase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa reseptor yang potensial terhadap antidiabetes yaitu PIK3CA (ID: 8TSC) dan terdapat 1 (satu) senyawa yaitu 3-Chloro-4-methylaniline yang memiliki afinitas energi lebih rendah dengan nilai -5,681 kkal/mol dari kontrol positif acarbose dan juga pada reseptor ?-Glukosidase (ID: 3W37) dengan nilai -4,9 kkal/mol. Nilai IC50 ekstrak tumbuhan Begonia willemii dengan menghambat enzim ?-glukosidase yaitu 22,18 ?g/mL, sehingga ektrak etanol Begonia willemii berpotensi kuat sebagai obat baru untuk pengobatan diabetes dengan menghambat enzim ?-glukosidase.