STUDI TENTANG ANAK PUTUS SEKOLAH PADA USIA WAJIB BELAJAR DI DESA LEE KECAMATAN MORI ATAS KABUPATEN MOROWALI

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lee Kecamatan Mori Atas Kabupaten Morowali. Permasalahan dalam penelitian ini: (1) Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab banyaknya anak putus sekolah pada usia wajib belajar di Desa Lee Kecamatan Mori Atas Kabupaten Morowali, (2) Dampak apa saja yang ditimbulkan sebagai akibat putus sekolah di Desa Lee, (3) Upaya-upaya apa yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk menanggulangi anak putus sekolah di Desa Lee. Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah anak putus sekolah yang ada di Desa Lee Kecamatan Mori Atas Kabupaten Morowali, sebanyak 30 orang. Sampel yang diambil adalah keseluruhan dari populasi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan tiga tahap kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian dilapangan menunjukan bahwa penyebab anak putus sekolah pada usia wajib belajar di Desa Lee adalah faktor ekonomi, faktor lingkungan, faktor jarak antara rumah ke sekolah, dan faktor motivasi dari anak itu sendiri. Dampak yang ditimbulkan anak putus sekolah yang ada di Desa Lee berupa dampak negatif dan dampak positif baik dalam keluarga maupun di masyarakat secara umum. Dampak negatif yang ditimbulkan adalah sering melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat seperti perkelahian, minum-minuman keras sampai mabuk, berteriak-teriak pada malam hari yang dapat mengganggu warga sekitar yang sudah beristirahat. Dampak positifnya adalah mereka bekerja baik untuk memenuhi kebutuhan keluarga maupun untuk memenuhi kepentingan pribadi mereka. Selain itu, mereka juga ikut bekerja untuk kepentingan umum seperti kerja bakti di dalam desa. Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi anak putus sekolah yang ada di Desa Lee baik oleh pemerintah desa setempat maupun dari dinas pendidikan belum maksimal. Selama ini sudah dilakukan beberapa upaya diantaranya dengan membuka SMP Terbuka/Paket B, namun hal ini kurang mendapat respon dari masyarakat maupun anak putus sekolah itu sendiri. Oleh sebab itu diharapkan kerjasama dari semua pihak untuk mengatasi anak putus sekolah yang ada di desa tersebut secara serius.