HUBUNGAN SANITASI DASAR TERHADAP KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BIROMARU KABUPATEN SIGI

Menurut World Health Organization (WHO), terbatasnya akses terhadap fasilitas
sanitasi dapat menyebabkan diare dan infeksi lain yang berdampak pada stunting,
Lingkungan yang tidak bersih dan perilaku hidup yang tidak higienis
meningkatkan risiko infeksi pada balita. Survei Status Gizi Indonesia tahun 2023
menunjukkan angka stunting pada balita usia 0-59 bulan di Sulawesi Tengah
mencapai 27,2%, lebih tinggi dari rata-rata nasional. Kabupaten Sigi di Sulawesi
Tengah memiliki prevalensi stunting tertinggi mencapai 26,4%. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan sanitasi dasar terhadap kejadian stunting
pada balita di wilayah tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
dengan pendekatan case control. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 1.527
balita, jumlah sampel sebanyak 188 yang di bagi menjadi dua yaitu case 94 dan
control 94, teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling
ditentukan menggunakan rumus Slovin. Analisis data dilakukan dengan uji Odds
Ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kuantitas air bersih (OR = 1),dan
Kepemilikan dan pemanfaatan jamban sehat (OR = 1) tidak memiliki hubungan
yang signifikan, Ketersediaan tempat sampah (OR = 1.432), dan ketersediaan
saluran pembuangan air limbah (OR = 1.227) memiliki hubungan yang signifikan
dengan kejadian stunting. Saran dari Puskesmas Biromaru Kabupaten Sigi
penyediaan layanan kesehatan didorong untuk terus memantau pertumbuhan anak
secara teratur dan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang sanitasi
lingkungan yang baik agar terhindar dari berbagai penyakit.
Kata Kunci : Balita, Sanitasi, Stunting